Ahli kimia dari UGM diundang PT RUM untuk meneliti, menilai dan memberi masukan penanganan pengolahan limbah (Foto, NSN) |
Hal itu disampaikan ahli kimia dari Universitas Gajah Mada (UGM), Wahyudi saat diundang untuk meneliti, menilai dan memberi masukan kepada pabrik yang berada di Desa Plesan, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, Jum,at (23/11/2018)
"Dengan papan monitor limbah di depan pabrik, masyarakat yang ingin mengetahui berapa tingkat ukuran limbah juga bisa memantau. Jadi tidak perlu diajak masuk kedalam pabrik." katanya.
Menurutnya, setelah mendapat paparan tentang kemajuan penanganan limbah dari manajemen, semua instalasi pengolahan limbah PT RUM sudah standart, bagus dan lengkap.
"Ada wet scrubber juga. Kalau melihat angkanya, hasilnya sangat baik. Dari ambang batas baku mutu limbah sebesar 30 kg H2S untuk 1 ton fiber rayon. Ternyata PT RUM mampu mencapai 1kg saja. Itu artinya aman," kata Wahyudi yang juga didampingi Ketua Prodi S3 Tehnik Kimia UGM, Sarto.
Berdasarkan standar prosedur sebuah pabrik, Wahyudi mengatakan, semua prosedur sudah dilalui PT RUM, termasuk pemasangan alat CEMS (continous emission monitoring system) untuk memantau limbah, dimana kalau buangan limbah melebihi ambang batas akan menunjukkan sinyal.
Pada kesempatan itu, Wahyudi juga membawa serta satu mahasiswa S2 yang akan melakukan penelitian mengenai H2S yang akan diproses menjadi asam sulfat H2SO4 di PT RUM.
Menyinggung masih adanya bau limbah udara, Wahyudi menegaskan, konsekuensi berdirinya pabrik atau industri adalah muncul limbah, hanya saja hal itu bisa diminimalisir.
"Untuk menghilangkan bau 100 persen tidak mungkin," tandasnya.
Sementara, Sekretaris PT RUM, Bintoro Dibyoseputro menyampaikan, pihaknya serius melakukan penyempurnaan dan membuka diri pada banyak pihak untuk memantau limbah PT RUM.
"Kali ini ada ahli kimia dari UGM, semalam juga ada sidak dari KLHK. Namun, hasil sidaknya apa kita juga belum tahu." kata Bintoro.
Komitmen dari PT RUM disebutkan Bintoro, saat ini tengah mempersiapkan investasi untuk recovery gas H2S menjadi H2SO4. Meskipun investasinya sangat mahal, tapi juga bisa untuk menunjang bahan produksi.
"Alat sudah kami pesankan.Dan harapan kami, masyarakat bisa memahami bahwa yang tengah kami lakukan ini adalah proses penyempurnaan penanganan limbah agar PT RUM bisa kembali beroperasi tanpa ada masalah lagi,"pungkasnya.(*)